Kenyataaan yang ada, dekat dengan kita dan tidak disangka...
Bukankah pendidikan adalah hak, kewajiban dan merupakan sebuah kebutuhan bagi seseorang? Selayaknya ada sarana dan prasarana yang memadai untuk seseorang mendapatkan pendidikan tersebut. terlebih lagi, bila meninjau pola pendidikan di Indonesia yang menetapkan Program Wajib Belajar 9 Tahun yang mencakup tahap Sekolah Dasar (SD) dan tahap Sekolah Menengah Pertama. Maka, logikanya, sarana pendidikan untuk kedua tahap tersebut adalah yang paling baik dan banyak disediakan. Ironisnya, bila kita tilik lagi sekitar kita, kenyataan yang terjadi tidak demikian.
Asal ada sekolah. Seakan seperti itulah konsep yang dituangkan kepada kenyataannya -di daerah yang diukur sebagai desa- di Kecamatan Taruma Jaya, Kabupaten Bekasi. Boleh disebut "syukurlah" ada berdiri sebuah Sekolah Dasar Negeri Setia Asih 04, untuk anak-anak mengecap ilmu dasar. Sementara banyak desa yang bahkan tidak ada Sekolah Dasarnya. Pokoknya, ada SD untuk sekolah di Desa Setia Asih, begitulah.
Tapi, betapa menyedihkannya, anak-anak Desa Setia Asih harus belajar pada SD yang kurang kondusif yang letaknya di tengah pematang sawah. Dari segi lokasi dan bangunan, SD Setia Asih perlu ditinjau ulang. Padahal, Desa Setia Asih berada di Bekasi, yang notabene sudah seperti ibukota Jakarta. Tapi, karena hanya ada satu sekolah di desa itu, maka mau tidak mau, anak-anak setiap paginya berangkat ke sana. SDN Setia Asih jauh dari rumah penduduk, karena desa di kecamatan itu begitu luas dan rumah ke rumah penduduk berpencar.
Rumah warga sekitar terbuat dari kayu. Rata-rata tanpa cat dengan atap genteng. Lingkungan di sekitar rumah warga terlihat Sawah-Sawah yang terbentang dengan luas.Sementara jarak antara satu rumah dan rumah lainnya cukup jauh. Kira-kira, antar rumah penduduk ada yang berjarak 10 meter.
Anak-anak Setia Asih harus berjalan jauh melalui daerah persawahan. Dimana bisa kita bayangkan lokasi tersebut ,beberapa anak mengakui, sepatu mereka akan berlumpur karena tanah merah sawah. Kalau punya uang cukup, tidak ada orang yang mau menyekolahkan anaknya di desa mereka. karena jauh dan kurang fasilitas. Bila ditempuh dengan berjalan kaki, bisa saja memakan waktu selama sejam hingga dua jam. Sangat melelahkan bagi anak-anak yang memiliki hak dan kebutuhan untuk belajar di Sekolah Dasar. Mereka harus bangun pagi-pagi sekali agar tidak terlambar sekolah. Lokasi tempat mereka belajar pun tidak dibarengi tempat bermain ketika mereka beristirahat, dan tempat untuk olahraga yang sesuai.
Seorang anak bercerita, bahwa dirinya biasa berangkat bersama teman-temannya, berlari-lari hingga keringat mengucur dan dengan uang jajan sedikit. Bila hujan, beberapa anak memilih tidak berangkat sekolah, karena jalannya susah dan sulit pergi ditengah hujan.
Tapi, mau bagaimana lagi, yang penting, asal ada sekolah.